Peringati Kudatuli di DPP PDI, Abraham Serukan Jas Merah untuk Generasi Z

waktu baca 3 menit
Minggu, 27 Jul 2025 12:23 13 Redaksi

 

Terasbanten.com Jakarta – Anggota DPRD Provinsi Banten dari Fraksi PDI Perjuangan Abraham Garuda Laksono menyerukan generasi muda Z tidak pernah melupakan peristiwa 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli), Minggu, 27 Juli 2025.

“Peristiwa Kudatuli bukan hanya sekedar penyerangan terhadap kantor DPP PDI Perjuangan, melainkan sebuah peristiwa peradaban demokrasi, serangan terhadap sistem hukum, dan serangan terhadap kemanusiaan dan menjadi momentum bangkitnya semangat perjuangan melawan kekuasaan otoriter yang dibangun selama 32 tahun,” ujarnya penuh semangat di sela-sela mengikuti rangkaian acara peringatan 29 tahun peristiwa Kudatuli di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta.

Abraham menekankan bahwa Kudatuli bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga pelajaran berharga bagi generasi muda saat ini. “Kudatuli adalah simbol perjuangan dan keberanian. Kita harus mengingatnya agar tidak terulang kembali, dan agar generasi muda memahami arti penting dari demokrasi,” ujarnya.

Abraham juga menyerukan kepada Generasi Z untuk meneguhkan tekad dan semangat yang telah ditanamkan oleh Sang Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno yang mengamanatkan kepada generasi penerus bangsa Indonesia yakni jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah).

Terlebih, lanjutnya, peringatan Kudatuli kali ini diliputi suasana penuh keprihatinan dan kesedihan atas ketidakadilan hukum yang menimpa Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang divonis 3 tahun enam bulan penjara dalam kasus suap pergantian antarwaktu (PAW) dan perintangan penyidikan Harun Masiku.

“Vonis hakim tersebut menjadi catatan sejarah ketidakadilan karena hukum belum berpihak kepada seluruh rakyat, sehingga kami memperingati Kudatuli tahun ini penuh keprihatinan serta kesedihan. Namun sekaligus bangkitnya kesadaran dan semangat kami untuk memperjuangkan dan menegakkan keadilan bagi Bung Hasto,” tegasnya.

Abraham juga menyimak serius pernyataan yang disampaikan berbagai pihak dalam peringatan 29 tahun Kudatuli tersebut, salah satunya Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning.

“Ibu Ribka Tjiptaning juga mengatakan bahwa kita harus terus menegakkan keadilan dan tidak melupakan kejadian Kudatuli,” pungkasnya.

Berbagai eksponen menghadiri acara penting bagi kader PDIP tersebut, di antaranya Pengurus DPP PDI Perjuangan, Forum Komunikasi Kerukunan (FKK) 124 atau korban 27 Juli 1996, eksponen ’96, dan para aktivis, serta kader PDIP dari berbagai wilayah di Indonesia.

Ribka Tjiptaning dalam pernyataannya menegaskan “Perjuangan belum selesai. Kita terus menuntut Kudatuli diakui sebagai pelanggaran HAM berat. Kita berharap Bonnie Triyana memperjuangkan ini.”

Untuk diketahui, Kudatuli yaitu peristiwa penyerangan kantor PDI Perjuangan oleh kubu PDI Soerjadi dengan dukungan pemerintah saat itu pada 27 Juli 1996 untuk mengambil paksa markas besar PDI Pro Megawati Soekarnoputri di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat. Peristiwa tersebut mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka dari pendukung Megawati Soekarnoputri

Data Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), lima orang tewas dalam peristiwa itu. Kemudian, ada 149 orang luka-luka dan 23 orang dinyatakan hilang. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA